Translate / Bahasa

Sabtu, 26 Mei 2018

Talent (2)


-Twins-
  Karena sudah lama menunggu, akhirya aku ketiduran. Dan yang membangunkan ku adalah bunyi bel masuk kelas. Dan ternyata di sebelah ku sudah ada orang. Seorang cewek, cantik tetapi lebih pendek daripada aku dan dia adalah teman sebangku ku.
“Namamu siapa? Anak baru kan?” dia mendahului ku.
“Uhh—iya aku Lisa. Kamu siapa?”
“Nessa.” Dia menyalami ku dan aku membalasnya.
   Guru ku sudah masuk, dan ternyata perempuan. Ketua kelas pun menyiapkan dan memberi salam. Sejauh ini, tidak ada bedanya dengan sekolah ku yang dulu. Guru ku memperkenalkan diri dan namanya adalah Bu Laras. Sepertinya dia orang Jawa, karena dilihat dari penampilan nya yang sangat sederhana dan juga cara bicaranya.
   Pelajaran pun dimulai dengan pelajaran bahasa Indonesia. Dilanjutkan dengan matematika, yang termasuk pelajaran kesukaan ku. Lalu kita istirahat sebentar. Kita berdoa dan akhirya berhamburan keluar kelas. Aku pun bergegas pergi tetapi langsung teringat Nessa.
“Ness, ayo kita ke kantin!” kataku sambil tersenyum.
“Kamu duluan saja, aku mau ke perpustakaan ingin mencari bahan pelajaran untuk besok.” Dia melambai padaku.
   Dan akhirnya aku pun pergi. Sampai di kantin, ternyata sudah sangat banyak orang. Dan juga kulihat ada Aurora. Sepertinya dia sudah mengikat rambutnya. Aku segera berlari untuk memesan bakso. Harga nya pun cukup murah.
“Lis, sini!!” Aurora melambai padaku.
   Aku segera mengambil bakso ku lalu segera menuju meja Aurora. Ada beberapa orang juga di sebelah Aurora. Mungkin karena aku tidak memperhatikan jalan, aku menabrak seseorang. Dan ternyata itu Nessa!
“Ah maaf. Lho—Ness? Bukannya kamu di perpustakaan?” kataku terkejut.
“Ha, aku hanya ingin membeli teh!” katanya sambil berjalan melewatiku.
   Aneh. Dasar, kukira dia rajin. Haha, juga tidak mungkin rasanya ada anak serajin dia. Aku pun melanjutkan ke meja Aurora. Kami mengobrol sambil makan. Dan tiba-tiba saja Nessa datang ke meja kami.
“Ah kalian! Kenapa tidak menunggu ku?” dia memasang tampang sedih.
“Lho, bukannya kamu sudah beli teh?” aku keheranan.
“Uh? Oh.. ternyata kamu sudah bertemu Keisha. Dia saudara kembar ku..” dia berkata sambil tertawa. Dan yang lain juga ikut tertawa, membuatku menjadi malu sendiri.
“Kalau begitu aku belanja dulu. Kalian duluan saja!” sambil melambaikan tangan.
   Akhirnya aku selesai makan, aku mengajak yang lain untuk masuk kelas. Aku juga berkenalan dengan beberapa murid yang lain. Citra,Raka,Della,Victoria,Sam itu saja yang kuingat. Hehe.. Bagaimana ya caraku membedakan Nessa dan Keisha? Mereka seperti tidak ada bedanya.
   Kriiingg……
   Bel masuk kelas berbunyi. Dan sekarang adalah pelajaran olahraga. Favorit ku. Guru nya juga seorang cewek berambut pendek, tinggi, berkulit coklat. Namanya Bu Octa. Kami bermain sepak bola dan juga banyak cowok yang mau berkenalan dengan ku. Tetapi yang menarik perhatian ku hanya Sam.

Bersambung…

Jumat, 25 Mei 2018

Talent (1)


-Talent-

   Hari yang cerah. Tapi aku tidak tahu apakah hari ini akan menjadi hari yang menyenangkan atau tidak. Karena ini hari pertamaku pindah ke sekolah baru. Biasanya aku ke sekolah hanya dengan jalan kaki, tetapi sekarang berbeda karena letaknya agak jauh. Aku diantar dengan mobil oleh Pak Bram, supirku.
“Lisa!” seruan itu cukup mengejutkanku.
“Iya kenapa, Ma?” jawab ku.
“Kamu nanti masuk kelas 8A ya, tapi Pak Bram nggak bisa nganter. Kalo tidak tahu kelasnya, kamu tanya saja ke orang yang ada disana.” Mama menjelaskan. Dan aku hanya mengangguk.
   Akhirnya aku pun berangkat. Udara pagi memang sangat sejuk apalagi dengan suara burung yang berkicau. Oh iya, aku belum memperkenalkan diri. Aku Lisa. Tidak perlu tahu nama lengkap ku. Umur ku 14  tahun. Aku blasteran Indonesia-Australia. Tapi tinggal di Indonesia.
   Tanpa sadar aku sudah masuk gerbang sekolah. Eh—apa itu? Kenapa ada anak kecil bawa boneka? Udah gitu di bawah tiang bendera lagi.. Kaya orang gila aja.
“Non, turun disini ya!” Pak Bram tersenyum sambil membuka pintu mobil dan sekaligus memecah pikiranku.
“Oh iya, Pak. Terimakasih ya!” Aku balas tersenyum dan akhirya berlari pergi.
   Aku harus segera mencari kelas ku. Masih jam setengah 7 dan tentu saja sekolah masih sepi. Aku hanya melihat beberapa orang tadi di depan parkir. Aku bingung harus bertanya pada siapa. Dan akhirnya aku bertemu seorang anak cewek, mungkin adik kelas.
“Hei, maaf mengganggu, tapi apa kamu tahu dimana kelas 8A?” kataku sambil berusaha sok kenal.
   Tetapi dia hanya melihat ku dengan tatapan dingin dan segera bejalan tanpa berkata apa-apa. Hah? Apa semua orang disini seperti itu? Aku berpikir dalam hati. Setelah mencari cukup lama, dan tidak ketemu juga. Akhirnya aku bertemu seseorang lagi, seorang cewek. Aku masih berpikir, siapa tahu nanti dia juga seperti cewek tadi.
“Hai, kamu kayanya anak baru ya? Apa kamu tersesat?” Dia berkata sambil tersenyum.
Aku terkejut dan akhirnya menjawab, “Ah iya, aku sedang mencari kelas 8A. Kamu mau bantu aku kan?”
“Ayo ikuti aku!” dia lalu berjalan dan aku mengikuti nya.
   Rambutnya sangat harum seperti bau bunga. Dan juga warnanya yang chestnut, apalagi dibiarkan tergerai. Dia lebih tinggi dari aku. Dan juga kulitnya putih. Yang paling bagus darinya adalah matanya yang hijau. Dia pasti blasteran juga kalau tidak pasti itu softlens. Aku tadi sempat melihat nama di dada nya. Namanya “Aurora”.
“Akhirnya sampai juga. Aku juga di kelas ini. Sampai jumpa Lisa.” Katanya.
“Oh iya, terimakasih Aurora. Kalau kamu di kelas ini, kenapa kamu pergi?” aku bingung.
“Aku mau membantu belanja dulu ke kantin. Panggil aku Aura ya! Bye..” dia langsung pergi.
   Kenapa begitu? Padahal Aurora adalah nama yang bagus. Ah, jangan dipikirkan. Aku harus segera mencari tempat duduk ku. Ya ampun—kenapa harus di depan meja guru?! Ya, aku paling tidak senang duduk di bangku deretan depan karena aku orang nya suka tidur dan kadang ketiduran. Huff.. sepertinya hari ini akan melelahkan.

BERSAMBUNG…

Rabu, 23 Agustus 2017

Silver Forest Dwellers ( Part 2)

Silver Forest Dwellers - 2

   They finally found Dushan under an oak tree. They came closer with angry eyes. At that moment, suddenly Dushan could not talk and see again. His eyes could not see anything. Her lips could not move.
   Dushan stretched out his hand as if apologizing to the angels. But now the angels are not paying attention to him anymore. They were back dancing and singing. Dushan started crying. No one can help him to get out of the forest.
   Suddenly Dushan remembered his violin. So he started to sit upright and play his violin. He plays the violin while imagining the dark forest endangering the moon. With music, he tells of his melodious voice of angels. He then plays a sad music that portrays his sorrow for not being able to see and speak.
   The angels suddenly stop dancing and listen to Dushan songs. When Dushan stopped playing his violin, the angels immediately went scattered. They are looking for medicinal leaves to break their own magic.
   One of the angel wiped the leaf potion in Dushan's eyes. There is also an angel who gave him water potions. Dushan can finally see and talk again.
   The angels then took Dushan to their place of residence. Dushan became their older brother. Every day, Dushan accompanies them dancing and singing with music from his violin.
   Some time later, Dushan returned to his village. Both parents are happy, because Dushan is very good at playing the violin. He teaches village children playing music. The villagers were amazed by Dushan's courage to enter the forest and get out safely.
   Dushan keeps a secret about the angels of the forest. Occasionally, he returns to Silver Forest and plays violin for his friends.
 
By: Bobo / Mystery Tale of Serbian.       

Cooking Tips

Chocolate Blanket Biscuits

 We need:
* 1 pack of biscuits.
*
1 pack of chocolate block pieces.
* Sprinkle and chocolate chips.

Here's how to make it:

   1. Melt chocolate block (ask for help on parent or adult). If it is melted, put the biscuits one by one into the liquid chocolate container, until it covers the entire surface. Then, set aside.
   2. Put the chocolate-covered biscuits into the container, then decorate them with sprinkle. Or, decorate according to our taste.

Yuhuuu ... chocolate blanket biscuits are ready to eat. It's easy, how to make it? Chocolate blanket biscuits are suitable for casual snacks. Good luck! 

 Let's see how to make this chocolate blanket biscuit! Click on http://bit.ly/BiskuitSelimut

By: Bobo